4 TAHAPAN
KRISIS PERUSAHAAN MENURUT STEVEN FINK :
1. Tahapan Prodomal
Salah satu
produk yang terkena dampak rumor lemak babi di tahun 1988 adalah produk susu
bubuk Dancow dari Nestle.
Dimulai dengan penelitian yang
dilakukan oleh seorang peneliti pada Universitas Brawijaya, Malang, yang
menemukan bahwa beberapa produk makanan yang beredar di masyarakat dibuat dengan
unsur “gelatin”. Menurut peneliti itu, di negara-negara maju, gelatin dibuat
dengan menggunakan lemak babi. Oleh karenanya produk yang dibuat dengan gelatin
di Indonesia “dicurigai” mengandung lemak babi. Hasil penelitian itu kemudian
dengan cepat menyebar. Masyarakat menjadi panik. Rumor yang muncul semakin
besar, produk yang “dicurigai” bertambah banyak, seakan benar merupakan hasil
penelitian. Padahal, sumber yang menambahkan merek-merek baru dalam daftar yang
“dicurigai” sudah tidak diketahui lagi. Salah satu produsen yang terpukul
adalah pabrik susu Nestle, yang menerima pasokan susu dari sebuah desa di
Nongkojajar, Pasuruan dan Batu (Malang). Karena rumor tersebut, penjualan susu
Nestle anjlok dan anggota koperasi di kedua desa tersebut pada gilirannya
terkena akibatnya.
2.
Tahapan
Akut
Para
peternak Nongkojajar menghadap pemerintah dan tokoh-tokoh ulama. Mereka
menjelaskan bahwa sejak beberapa tahun belakangan ini mereka telah semakin
mengetahui cara memelihara sapi yang baik. Makanan ternak pun telah ditemukan
yang bergizi tinggi. Justru problem yang dihadapi oleh peternak sekarang adalah
menurunkan kadar lemak susu sapinya, bukan menaikkan. Oleh karenanya, menurut
mereka, sangat tidak mungkin Nestle mencampur susu mereka dengan lemak babi.
Justru susu tersebut perlu dicampur dengan susu skim untuk mengurangi kadar
lemaknya.
3. Tahapan Kronis
Pemerintah
merasa perlu turun tangan karena dua hal. Pertama, bila didiamkan saja,
dikhawatirkan akan muncul peristiwa perusakan yang muncul dari kekecewaan
masyarakat. Kedua, para peternak sapi anggota koperasi akan mengalami kerugian
karena tidak bisa menjual susunya kepada koperasi, dan koperasi akan bangkrut.
Bersama dengan Ketua Majelis
Ulama Indonesia, pemerintah melakukan tindakan yang dalam PR disebut “meluruskan
opini yang mengundang issue kontroversial”. Salah satu caranya adalah
dengan meminta para ulama berkumpul dan minum susu Dancow dengan diliput secara
luas oleh media massa untuk membuktikan bahwa susu tersebut tidak mengandung
lemak babi.
4.
Tahapan
Resolusi
Dalam
mengatasi kasus ini, Nestle sangat terbantu oleh inisiatif pihak peternak susu
yang melobi pemerintah dan tokoh-tokoh ulama. Setelah krisis teratasi,
penjualan produk susu mereka kembali stabil karena masyarakat percaya bahwa
produk mereka halal.
Pada periode ini, produk Supermie
dari Indofood pun ikut dimasukkan dalam daftar yang “dicurigai”
akibat adanya pesaing yang ingin menjatuhkan mereknya. Namun setelah
mendapatkan bantuan dari pemerintah dan para ulama dalam pengukuhan bahwa
produk mereka halal, krisis, penjualannya melejit kembali. Bukan hanya itu, dua
merek lain yang dipasarkan Indofood juga ikut melejit karena masyarakat yang
tadinya ragu-ragu malahan jadi percaya. Di sini kita bisa melihat bahwa krisis
tidak selalu berdampak buruk terhadap suatu perusahaan. Dengan manajemen krisis
yang baik, kegiatan perusahaan kembali dapat berjalan dengan stabil dan
penjualan produk yang hampir merusak reputasi perusahaan justru semakin
membaik.
SUMBER : https://belajarkomunikasi.wordpress.com/2008/11/09/manajemen-isu-krisis-konflik-minggu-ke-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar